Kamis, 25 Maret 2010

Buaya Pemangsa dari Sangatta



Setelah hampir sebulan berburu sang pemangsa, seekor buaya betina besar yang diperkirakan memiliki bobot lebih dari 400 kg, dengan panjang hampir 5 meter tertangkap oleh Pawang Arbain pada. Buaya tsb. tertangkap dengan umpan potongan daging rusa yang diletakkan ditepi sungai Kenyamukan, 500 meter ke arah hulu dari desa Kenyamukan, Sangatta Utara. Desa tersebut terletak 7 km sebelah timur kota Sangatta, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Buaya tersebut masih dalam keadaan hidup dan menjadi tontonan penduduk sekitar.

Buaya yang tergolong betina dewasa itu, diperkirakan buaya pemangsa dari seorang bocah berumur 13 tahun bernama Sugiarto saat bermain ditepi sungai sebulan yang lalu. Tubuh korban ditemukan beberapa ratus meter kearah hulu sungai, dalam kondisi mengenaskan, setelah dikejar penduduk desa yang memergoki kejadiannya.

Sungai Kenyamukan, memiliki rekor insiden manusia diterkam buaya terbanyak di Kaltim, dan mungkin diseluruh Indonesia. Sebelum kasus bocah tersebut, beberapa bulan sebelumnya seekor buaya yg diperkirakan jantan dewasa dengan panjang kurang lebih 7 meter, gagal menerkam seorang penduduk di tepi sungai saat memancing ikan. Pria tersebut berhasil meloloskan diri, dengan luka2 di kaki. Saksi mata yang berada di tempat kejadian menceritakan bahwa buaya tsb. tiba2 keluar menyergap dari dalam air keruh dan menampakkan tubuhnya dengan jelas ke arah darat. Panjang tubuhnya dari moncong sampai ekor hampir mencapai dua pertiga lebar dari anak sungai. Lokasi kejadian ini masih berdekatan dengan lokasi buaya terakhir yg tertangkap.

Buaya tersebut dipercaya masih ada dan belum tertangkap, menjadi catatan menakutkan bagi penduduk yang tinggal dan hidup di bantaran sungai. Mereka menyebutnya sebagai Monster Sangatta. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan laut, seringkali menjadi sasaran buaya muara, karena tinggal di bantaran sungai dan masuk jauh ke hulu sungai untuk mencari udang air tawar atau mengambil daun nipah rawa untuk membuat atap rumbia. Sebagian penduduk yang ditemui merasa khawatir untuk bersampan dengan perahu kecil di lokasi tsb.

Insiden monster sungai, sebelumnya juga telah merenggut nyawa seorang ibu pencari daun nipah, dilokasi yang hampir berdekatan dengan dua kasus di tahun 2003 ini. Pada kasus ini, sang monster berhasil ditangkap, jasadnya di offset, bisa dilihat di Museum Kayu di Tenggarong, Kutai Kertanegara. Panjangnya mencapai 6 meter lebih, rekor buaya pemangsa terbesar yang pernah tercatat di Kaltim.

Berdasarkan catatan, rekor buaya terbesar didunia adalah buaya muara (Crocodylus Porosus), sering juga disebut buaya air asin (salt water crocodile), panjang maksimum yang pernah dilaporkan adalah lebih dari 7 meter dan berat 900kg, tersebar di hutan mangrove tepi laut kepulauan Nusantara sampai pesisir Australia Utara dan Timur Laut. Sedangkan jenis buaya besar lainnya yang terkenal adalah buaya Sungai Nil (Crocodylus Niloticus) di Afrika mencapai 6 meter.

Buaya besar umumnya tidak memilih2 mangsa dari mulai ikan, hewan mamalia kecil atau besar, maupun manusia. Buaya adalah pemakan hewan yg sudah mati (scavenger) maupun pemburu (hunter), karena buaya memiliki kemampuan berburu secara senyap (stealth) di air keruh dan menyergap secara cepat dan tiba2. Buaya tidak memiliki gigi pencabik sehingga ia sering terlihat menyeret, menenggelamkan, melempar dan berputar berguling2 utk memotong buruannya. Buaya juga tidak memiliki selera / pembau, sehingga mangsanya langsung ditelan bulat2 tanpa membedakan segar atau busuk. Buaya sangat telaten menunggui calon mangsanya dan sanggup mengintai dan tidak makan selama satu bulan. Oleh karena itu, buaya termasuk carnivora yang paling buas, senyap, karena sifatnya sebagai karnivora sejati. Buaya adalah salah satu survivor dari jaman Dinosaurus, yg telah membuktikan keuletannya utk bertahan, kecuali persaingannya dgn kegiatan manusia.

Muara Sungai Kenyamukan memiliki habitat yang cocok untuk Buaya Muara. Daerah ini penuh hutan nipah, bakau dan airnya mengalir lambat. Sayangnya aktifitas pembangunan meningkat akhir2 ini dengan dibukanya jalan ke pantai membelah hutan bakau, tambak udang dan rencana pemukiman penduduk dan tempat pendaratan ikan (TPI) di tepi sungai, menyebabkan buaya muara di Kenyamukan terpaksa bentrok dengan manusia. Salah satu yang paling mungkin dari meningkatnya jumlah insiden buaya dengan manusia disini, disebabkan karena hilangnya sumber makanan buaya dan tumpang tindihnya teritori buaya dan manusia